OPINI
Ini bukan tulisan motivasi, ini cuma curahan isi hati.
Menurut gue baik buruk seseorang sudah tidak lagi ditentukan oleh sifat, sikap, dan perbuatannya tapi dari sumbernya. Kenapa bisa ada orang yang sebegitu bencinya sama presiden, pemerintahan, dan sekelompok golongan orang? kan ketemu aja gak pernah. Orang-orang bisa sangat benci kata 'khilafah', 'komunis', dan 'radikal'. Emang orang-orang yang benci tau definisinya? kan engga. Bahkan pejabat-pejabat negara, orang-orang penting disana aja sering kali salah dalam memaknai kata.
Khilafah secara etimologi berarti sebuah sistem kepemimpinan, dari kata khalifah yang berarti pemimpin. Terserah orang mau ngomong apa, tapi itu artinya. Komunis didefinisikan sebagai paham suatu masyarakat dengan aturan sosial ekonomi berdasarkan kepemilikan bersama. Radikal memiliki definisi sikap ekstrem seseorang yang menginginkan perubahan. Berdasarkan definisinya, bukankah dulu kita radikal terhadap penjajah? berlaku ekstrem dan melakukan apapun hanya karena mendambakan kebebasan. Kenapa kita jadi benci kata itu sekarang?
Kenapa bisa ada orang yang benci banget sama kata-kata khilafah, radikal dan komunis? karena sumber yang menggunakan kata ini menyatukan unsur kata dengan pemaknaan pikirannya terhadap seseorang.
Kenapa kita bisa dengan mudah membenci seseorang? hanya berdasarkan berita yang katanya, katanya, dan katanya. Beberapa hari yang lalu gua menulis opini tentang kehidupan.
"gak ah gua gangerasain itu"
"lu nya aja yang lebay."
"alay lo"
Semenjak kapan berpendapat menjadi sebuah dosa besar yang harus dihakimi di dunia? Seolah-olah esensi dari adanya media sosial sudah hilang. Bukan lagi untuk mengutarakan pendapat, tapi untuk menghina dan mengumpat. Orang tidak lagi punya kebebasan berpendapat. Ambil contoh salah satu orang yang kita semua tau, Kekeyi yang dengan usahanya membuat konten, yang tujuannya cuma untuk menghibur. Mungkin dia berbuat kesalahan pada satu sisi, tapi bukan berarti kita bisa menghina orang lain, menjatuhkan mental, dan psikisnya.
Terkadang kita gak setuju dengan peribahasa 'karena nila setitik, rusak susu sebelanga.' Tapi kita ikut berkontribusi mewujudkan itu. Kita semua sepakat kalau perbuatan baik seseorang dilupakan begitu saja karena sedikit kesalahan itu merupakan sebuah kejahatan. Tapi kita tetap melakukan dengan berbagai alasan untuk membenarkan.
Kembalikan peran dan fungsi media sosial pada asalnya. Kalau suka like, gak suka yaudah tinggalin. Kalau salah beritahu orangnya, bukan beritahu orang-orang.
Tapi kalau dipikir-pikir, emang sih makanan terenak itu bangkai saudara sendiri, yakan??
Menurut gue baik buruk seseorang sudah tidak lagi ditentukan oleh sifat, sikap, dan perbuatannya tapi dari sumbernya. Kenapa bisa ada orang yang sebegitu bencinya sama presiden, pemerintahan, dan sekelompok golongan orang? kan ketemu aja gak pernah. Orang-orang bisa sangat benci kata 'khilafah', 'komunis', dan 'radikal'. Emang orang-orang yang benci tau definisinya? kan engga. Bahkan pejabat-pejabat negara, orang-orang penting disana aja sering kali salah dalam memaknai kata.
Khilafah secara etimologi berarti sebuah sistem kepemimpinan, dari kata khalifah yang berarti pemimpin. Terserah orang mau ngomong apa, tapi itu artinya. Komunis didefinisikan sebagai paham suatu masyarakat dengan aturan sosial ekonomi berdasarkan kepemilikan bersama. Radikal memiliki definisi sikap ekstrem seseorang yang menginginkan perubahan. Berdasarkan definisinya, bukankah dulu kita radikal terhadap penjajah? berlaku ekstrem dan melakukan apapun hanya karena mendambakan kebebasan. Kenapa kita jadi benci kata itu sekarang?
Kenapa bisa ada orang yang benci banget sama kata-kata khilafah, radikal dan komunis? karena sumber yang menggunakan kata ini menyatukan unsur kata dengan pemaknaan pikirannya terhadap seseorang.
Kenapa kita bisa dengan mudah membenci seseorang? hanya berdasarkan berita yang katanya, katanya, dan katanya. Beberapa hari yang lalu gua menulis opini tentang kehidupan.
"gak ah gua gangerasain itu"
"lu nya aja yang lebay."
"alay lo"
Semenjak kapan berpendapat menjadi sebuah dosa besar yang harus dihakimi di dunia? Seolah-olah esensi dari adanya media sosial sudah hilang. Bukan lagi untuk mengutarakan pendapat, tapi untuk menghina dan mengumpat. Orang tidak lagi punya kebebasan berpendapat. Ambil contoh salah satu orang yang kita semua tau, Kekeyi yang dengan usahanya membuat konten, yang tujuannya cuma untuk menghibur. Mungkin dia berbuat kesalahan pada satu sisi, tapi bukan berarti kita bisa menghina orang lain, menjatuhkan mental, dan psikisnya.
Terkadang kita gak setuju dengan peribahasa 'karena nila setitik, rusak susu sebelanga.' Tapi kita ikut berkontribusi mewujudkan itu. Kita semua sepakat kalau perbuatan baik seseorang dilupakan begitu saja karena sedikit kesalahan itu merupakan sebuah kejahatan. Tapi kita tetap melakukan dengan berbagai alasan untuk membenarkan.
Kembalikan peran dan fungsi media sosial pada asalnya. Kalau suka like, gak suka yaudah tinggalin. Kalau salah beritahu orangnya, bukan beritahu orang-orang.
Tapi kalau dipikir-pikir, emang sih makanan terenak itu bangkai saudara sendiri, yakan??
Keren, terusin nulisnya yak
BalasHapusSIAP BOSQ !!
Hapus