Dago di Malam Hari
Untuk kesekian kalinya gue memberanikan diri untuk jatuh cinta pada seorang
perempuan yang gua kenal baik, Sashi namanya. Kami berdua mengikuti organisasi yang sama
pada saat itu, Kabinet KM ITB.
Malam itu, kami memang sedang mengadakan pertemuan untuk mempersiapkan program kerja. Kami berkumpul di sebuah ruangan yang bertempat di gedung CC Barat, yang terletak di tengah ITB.
Sebagai orang yang dilahirkan extrovert gua merasa jenuh berada di ruangan tertutup untuk waktu yang lama.
‘Pada mau martabak ga?’ gua bertanya dengan nada sok baik, layaknya udang dibalik batu, ada niat terselubung dibaliknya. Setelah menawarkan diri untuk membelikan martabak, gua pun mengajak Sashi. Selain karena tidak mau pergi keluar sendiri, gua harus memanfaatkan peluang ini yang kebetulan didukung oleh situasi.
Saat itu jam menunjukkan pukul 10 malam, sudah cukup malam. Kami berdua menuju parkiran motor. Perjalanan dari ITB menuju tukang martabak hanya berjarak sekitar 500 m, tidak sampai 5 menit jika mengendarai motor dengan kecepatan yang biasa gua gunakan. Tapi kali ini, gua gamau momen ini berlalu dengan cepat, 10km/jam cukup lah.
Iyalah, siapa sih yang ingin waktu berlalu cepat ketika bersama orang yang dia sukai? Situasi saat itu didukung oleh lampu jalan dan sejuknya udara bandung.
‘Sas, percaya ga yang nemuin kabel usb dari ITB itu anak SBM?’ Tanya gue untuk memulai percakapan. ‘hah? emangnya siapa?’
‘hmm kalo gua kasih tau lo pasti gapercaya.’ ‘emangnya siapa?’ ‘Gua,’ ‘apasi lo jak gajelas.’ Ucapnya dengan sedikit senyuman pada bibirnya.
‘Yakan cuma nemu Sas bukan bikin’
Ya itu lah percakapan aneh kami saat melewati Jalan Dago. Sebagai seorang pemula dalam hal PDKT, gua mempunyai skill yang lumayan juga untuk ber-PDKT.
Singkat cerita, setelah sampai di tukang martabak dan membeli 1 porsi martabak asin dan 1 porsi martabak keju Susu, kami bergegas menuju Jl. Ganesha.
Dari gerbang ITB menuju ke ruang tempat kami mempersiapkan acara (gedung Campus Center Barat). Kami harus melewati lapangan basket. Kebetulan saat itu sedang ada acara tahunan pertandingan olahraga antar fakultas (TPB-Cup) di ITB yang bertepatan di lapangan basket.

‘Eh nonton ini dulu yu, seru nih FTTM lagi main.’ ‘AYOO.’ jawabnya antusias.
Suasana lapangan basket saat itu sangat ramai, dipenuhi dengan sorak-sorai para penonton yang mendukung tim fakultasnya berlaga. Sepertinya dia tampak asik menonton pertandingan.
Selesai pertandinganpun kita kembali ke ruangan tempat kami berkumpul tadi. Gua berjalan di depan dengan harapan dia mengikuti langkah gue sampai ke tempat. Di perjalanan menuju ruang rapat dari lapangan, ada seorang laki-laki yang menyapa dengan suara agak keras dari jauh ‘Sas?’. Sashi pun mengalihkan pandangan dan berbalik badan. ‘Eh Hans?’ katanya dengan penuh antusias.
‘Nanti pulang naik apa? Mau bareng ga?’ Tanya cowo aneh yang sok akrab dengannya. ‘Hmm boleh, tapi aku rapat dulu ya’ kata Sashi. Gue merasa gaenak ada disana. Gua berdehem, dan bilang ‘Sas gua kesana duluan ya.’
Baru 5 langkah gue berjalan, Sashi menyusul gua dengan langkah yang sedikit cepat. ‘Dia siapa Sas?’ Tanya gua penasaran. ‘Dia anak kebumian, anak kabinet juga, masa lu gakenal?’. ‘Trus lo balik bareng dia?’. ‘iya, katanya dia mau nungguin’. ‘sampe tengah malem?’ ‘iya sampe selesai’ ‘hih bucin banget jadi cowok, gua sih ya sebucin-bucinnya gua, ga akan mau nungguin cewe sampe tengah malem’ jawab gue. Dia gatau, kalau cowok yang sedang berdiri di depannya sedang memendam rasa cemburu.
‘Sas, gua boleh ceritain malam ini di blog gua ga? Namanya gua samarin kok’. ‘Boleh kok, tapi namanya disamarin ya.’
Kita pun kembali menuju ruangan untuk menyantap martabak yang sudah mulai mendingin dari tadi. Gua pun mengambil jatah, dua potong martabak keju Susu, dan membawanya keluar untuk kembali merasakan angin yang seakan-akan sedang ikut andil dalam kejadian malam ini, dingin dan menusuk.
Gua pun duduk diluar menghadap lapangan basket yang sudah mulai sepi dan menggigit martabak yang sudah dipegang dari tadi.
Untuk sesuatu yang begitu manis, mengapa rasanya begitu hambar?
Malam itu, kami memang sedang mengadakan pertemuan untuk mempersiapkan program kerja. Kami berkumpul di sebuah ruangan yang bertempat di gedung CC Barat, yang terletak di tengah ITB.
Sebagai orang yang dilahirkan extrovert gua merasa jenuh berada di ruangan tertutup untuk waktu yang lama.
‘Pada mau martabak ga?’ gua bertanya dengan nada sok baik, layaknya udang dibalik batu, ada niat terselubung dibaliknya. Setelah menawarkan diri untuk membelikan martabak, gua pun mengajak Sashi. Selain karena tidak mau pergi keluar sendiri, gua harus memanfaatkan peluang ini yang kebetulan didukung oleh situasi.
Saat itu jam menunjukkan pukul 10 malam, sudah cukup malam. Kami berdua menuju parkiran motor. Perjalanan dari ITB menuju tukang martabak hanya berjarak sekitar 500 m, tidak sampai 5 menit jika mengendarai motor dengan kecepatan yang biasa gua gunakan. Tapi kali ini, gua gamau momen ini berlalu dengan cepat, 10km/jam cukup lah.
Iyalah, siapa sih yang ingin waktu berlalu cepat ketika bersama orang yang dia sukai? Situasi saat itu didukung oleh lampu jalan dan sejuknya udara bandung.
‘Sas, percaya ga yang nemuin kabel usb dari ITB itu anak SBM?’ Tanya gue untuk memulai percakapan. ‘hah? emangnya siapa?’
‘hmm kalo gua kasih tau lo pasti gapercaya.’ ‘emangnya siapa?’ ‘Gua,’ ‘apasi lo jak gajelas.’ Ucapnya dengan sedikit senyuman pada bibirnya.
‘Yakan cuma nemu Sas bukan bikin’
Ya itu lah percakapan aneh kami saat melewati Jalan Dago. Sebagai seorang pemula dalam hal PDKT, gua mempunyai skill yang lumayan juga untuk ber-PDKT.
Singkat cerita, setelah sampai di tukang martabak dan membeli 1 porsi martabak asin dan 1 porsi martabak keju Susu, kami bergegas menuju Jl. Ganesha.
Dari gerbang ITB menuju ke ruang tempat kami mempersiapkan acara (gedung Campus Center Barat). Kami harus melewati lapangan basket. Kebetulan saat itu sedang ada acara tahunan pertandingan olahraga antar fakultas (TPB-Cup) di ITB yang bertepatan di lapangan basket.

‘Eh nonton ini dulu yu, seru nih FTTM lagi main.’ ‘AYOO.’ jawabnya antusias.
Suasana lapangan basket saat itu sangat ramai, dipenuhi dengan sorak-sorai para penonton yang mendukung tim fakultasnya berlaga. Sepertinya dia tampak asik menonton pertandingan.
Selesai pertandinganpun kita kembali ke ruangan tempat kami berkumpul tadi. Gua berjalan di depan dengan harapan dia mengikuti langkah gue sampai ke tempat. Di perjalanan menuju ruang rapat dari lapangan, ada seorang laki-laki yang menyapa dengan suara agak keras dari jauh ‘Sas?’. Sashi pun mengalihkan pandangan dan berbalik badan. ‘Eh Hans?’ katanya dengan penuh antusias.
‘Nanti pulang naik apa? Mau bareng ga?’ Tanya cowo aneh yang sok akrab dengannya. ‘Hmm boleh, tapi aku rapat dulu ya’ kata Sashi. Gue merasa gaenak ada disana. Gua berdehem, dan bilang ‘Sas gua kesana duluan ya.’
Baru 5 langkah gue berjalan, Sashi menyusul gua dengan langkah yang sedikit cepat. ‘Dia siapa Sas?’ Tanya gua penasaran. ‘Dia anak kebumian, anak kabinet juga, masa lu gakenal?’. ‘Trus lo balik bareng dia?’. ‘iya, katanya dia mau nungguin’. ‘sampe tengah malem?’ ‘iya sampe selesai’ ‘hih bucin banget jadi cowok, gua sih ya sebucin-bucinnya gua, ga akan mau nungguin cewe sampe tengah malem’ jawab gue. Dia gatau, kalau cowok yang sedang berdiri di depannya sedang memendam rasa cemburu.
‘Sas, gua boleh ceritain malam ini di blog gua ga? Namanya gua samarin kok’. ‘Boleh kok, tapi namanya disamarin ya.’
Kita pun kembali menuju ruangan untuk menyantap martabak yang sudah mulai mendingin dari tadi. Gua pun mengambil jatah, dua potong martabak keju Susu, dan membawanya keluar untuk kembali merasakan angin yang seakan-akan sedang ikut andil dalam kejadian malam ini, dingin dan menusuk.
Gua pun duduk diluar menghadap lapangan basket yang sudah mulai sepi dan menggigit martabak yang sudah dipegang dari tadi.
Untuk sesuatu yang begitu manis, mengapa rasanya begitu hambar?
Mantap��
BalasHapusTerimakasih sudah mampir!!
Hapus