Dzaky 2020 (3): The End
Tiiiingg, Tulisan di pintu lift pun sudah menunjukkan lantai B1, sebentar lagi pintu akan terbuka, tapi semoga saja tidak dengan hatiku... sreeekkk, pintu lift perlahan terbuka....
"Halo jak, lu kenapa pucet banget? nih gua bawain bubur, dimakan yaaa".
"Eh iya, makasih banget"
"Kalo sakit bilang aja ya, I care about you".....
Kami pun kembali membalikkan badan, saling melangkah dengan arah yang berbeda, dan berharap hal ini akan berakhir begitu saja. Kembali saling melupakan dan pura-pura tidak pernah kenal sepertinya merupakan pilihan yang tepat untuk dicoba.
............
18 Oktober 2020, Siang ini kuhabiskan waktu di cafe depan apartment-ku untuk membaca buku berjudul 'Hujan' yang ditulis oleh Tere Liye, salah satu penulis buku fiksi favoritku. Ada satu kutipan yang masih teringat jelas di kepalaku.
"Kamu tahu? ciri-ciri orang yang sedang jatuh cinta adalah merasa bahagia dan sakit pada waktu bersamaan. Merasa yakin dan ragu dalam satu hela napas. Merasa senang sekaligus cemas menunggu hari esok."
Sampai sekarang aku masih berusaha untuk melupakannya dan meluapkan rasa yang kupendam sambil melarutkan gula aren di kopi susu yang baru saja ku pesan.
Aku memang orang yang skeptis, aku memandang sesuatu selalu tidak pasti. Aku tidak percaya kalau jatuh cinta pasti bahagia, aku juga tidak percaya kalau cinta pasti berbalas, dan aku tidak percaya kalau dia pasti peduli denganku. Dari apa yang kupelajari dari Bahasa Inggris, butterfly tidak berarti mentega terbang, begitupun deadline yang tidak berarti garis mati, dan seharusnya 'I care about you' juga tidak berarti dia peduli.
Setelah ku habiskan setengah gelas kopi susu, tiba-tiba ada pesan masuk darinya yang ditandai dengan nada dering di HP. "Jak sini ke Kanay, ada Rey, dia nanyain lo tadi."
'Hah Rey? manager divisi gue?' Rey adalah kating ku di jurusan, se-angkatan dengan tokoh utama yang ku ceritakan lewat tulisan ini. Aku dan Rey memang sudah kenal sebelumnya, kami pernah berbincang melalui platform google meet, tapi belum pernah bertemu secara langsung.
"Oke, gua OTW"... Sesampainya aku disana, kami saling sapa dan berbincang-bincang mengenai perkuliahan, kerjaan, sampai masalah percintaan. Harus ku akui, Rey begitu lihai menyusun kata, persis seperti orang yang seringkali merasakan sakitnya jatuh cinta.
Darinya juga aku tahu, kalau beberapa hari lagi si dia akan keluar kota untuk keperluan tugas magangnya. Yah bandung akan muram kehilangannya, begitupun juga aku....
............
Cinta perlu disampaikan, setidaknya itulah yang aku tau. Betapa banyak orang di luar sana yang menyesal dan berharap 'seandainya dulu gua berani'. Aku tidak mau menyesal pada akhirnya, ya aku memang cupu dan belum pernah sekalipun mengungkapkan rasa secara langsung. Lagipula setelah itu aku bisa pergi, menghilang dari siapapun yang ingin menemui.
Hari ini, 22 Oktober 2020, aku sudah janji dengannya untuk bermain dan menghabiskan waktu bersama, karena besok, dia akan pergi meninggalkan Bandung. Ditambah lagi dengan fakta bahwa kita memiliki kampung halaman dan angkatan yang berbeda. Jadi mungkin ini pertemuan terakhir kami. Setidaknya, kami bisa berpamitan dengan baik. Ya meskipun ku tau, sesopan apapun cara pamitnya, yang namanya perpisahan pasti sakit.
Siang itu aku menghampiri kosannya untuk ke cafe bersama. Perlahan tapi pasti siang mulai berganti menjadi sore dan aku mulai gelisah. 'Haruskah ku nyatakan padanya? kalau aku pernah menjadikannya ratu di singgasana hati, yang ku bangun dari rasa dan juga empati. Dan setelah kamu pergi, mungkin rasa dan empati itu akan berubah menjadi rindu yang tak terganti'.
Aku terpaksa menelpon kawanku untuk bercerita dan meminta masukan. Haruskah ku nyatakan malam ini? Atau kubiarkan saja rasa ini tenggelam dalam lautan waktu?. Bodohnya aku, bahkan untuk hal se-sepele ini aku masih butuh orang lain untuk memutuskan.
Setelah cukup lama ku habiskan waktu untuk berpikir sambil sesekali menengguk hot lemon tea yang kupesan tadi, akhirnya ku putuskan. Malam ini harus sudah selesai. Ku siapkan naskah untuk menyatakan rasa. Naskah pun jadi, dan sekarang, tinggal menunggu waktu yang tepat untuk mengeksekusi.
Jam sudah menunjukkan pukul 22.40 WIB, sebentar lagi cafenya akan tutup. Sambil ditemani dinginnya udara bandung dan degup jantung yang mulai gak karuan, aku menarik napas dalam-dalam,,,,,"Eh, gua mau cerita deh"....
Suasana malam itu mendadak hening, seolah alam memberikan dukungan dengan caranya.
"Jadi...." ada jeda cukup panjang sebelum akhirnya aku melontarkan kalimat yang ada di naskah.
"Karena hidup terlalu singkat untuk dihabiskan dengan rasa yang tidak terungkap, gua pengen cerita kalau gua suka sama lo. Lu jangan salah nangkep, ini bukan pesan ajakan untuk berpacaran, tapi ungkapan akan rasa yang mungkin nanti akan terlupakan....." begitulah kurang lebih pesan yang ku sampaikan dengan terbata-bata. Selama 10 menit ku berorasi di depannya, tak sedikitpun pandangan matanya beranjak dariku, terpaku.
Ya aku sudah siap dengan kemungkinan terburuk, aku sudah biasa dipukul mundur oleh keadaan, dipaksa menetap oleh perasaan, dan menyerah oleh kenyataan. Jadi aku sudah kebal akan apapun nanti jawabannya.
Setelah aku menutup monologku dengan ucapan terimakasih dan rasa malu yang tak terkendali. Dia menarik napas panjang,,,,,, "Makasih ya, gua juga suka sama lo"
Tiba-tiba duniaku terhenti, aku terdiam....
SERU BANGET! endingnya ngegantung bikin kita jd nebak-nebak. suka banget sama plotwistnya
BalasHapusAyay brooo
BalasHapus